Minggu, 21 Juli 2013

"Pulau Tak Bernama" (Begitulah Penyair)
 lampiaskan lisan pada ribuan kata ini tidak perlu sesuai lafabet yang benar berantakan juga terlihat indah ,yang pasti mengasyikan tak masalah ,asalkan jangan ada yang kurang ataupun berlebih harus tepat , dan cepat , cermat dan tanggap aku lemparkan satu kaca bayanganku kau lemparkan satu irama tulisanmu kita rebut paket berlibur di hari tua pulau tak bernama , akan kita tinggalkan panggilannya pulau dertumagis pulau peklimatis pulau krisaori pulau namadakosida nah ,atau pulau fukuhara matomi gusira namri Begitulah penyair , bermain dengan lisannya menciptan tulisan , jeli membentuk permainan dalam kata guna merespon keinginan hasrat di jiwa , pola pikir yang melawan logika , mengandalkan imajinasi menggabungkan rupa manusiawi, melukis setiap inci pandangan mengayunkan tinta lalu bercerita, gesture tubuh tumbuh mengiringi gerak keprihatian semata, kadang menangis lalu menjiwai masuk kedalam roda kehidupan itu sendiri, dunia sebagai media , bertutur lembut dalam kiasan melawan ukiran, senja sangat di gemari untuk dinikmati , melepaskan nafsu untuk bercinta dengan alam, kekayaan roh untuk di petuturkan kejayaan kata untuk di publikasian pada setiap makhluk yang bernafas dan berfikir dalam waktu lisan akan menjadi kata , kiasan akan menjadi nada yang tajam dan mematikan , aku penyair dan mereka penyair , begitulah kami menerawang asmara dengan kekayaan kosa-kosa pramuria, kami penyair duduk diam di beranda, dan kami penyair telah menaklukan derita harta , ya, walau di sebut pemburu wanita yang hanya bertutur sapa kian menawan , kau juga akan menikmati ngaungan singa dan juga aku tidak lupa untuk memberimu tanduk rusa, aku poles hingga mendidih dalam bentu prosa, surat kabar akan terbi hari ini sayang kumpulan sajak lima puluh lima penyair muda kisah juang lima menara juga ada kau pilih mana yang akan aku sediakan untukmu nah , mari kita bermain sayang, aku puaskan kau dengan puisiku aku panaskan kau dengan geloraku aku riuhkan gelombang sastra untukmu mari sayang , kita bermain permainan anak kecil kau pilih , aku yang menulis atau kau yang menulis aku yang membacakan nafsumu , atau kau yang menyedot nafsuku bagaimana , apakah siap untuk kita menjadi nyawa pada tulisan?

 AWNL, 22 Juli 2013 UK-KES

Rabu, 17 Juli 2013

SUPER SHOCK in STAGE at TAMAN BUDAYA PADANG

Senin, 15 Juli 2013

Puisi

Berhala Pudar  (Picisan Rendah)

"Tertantanglah dalam perang yang menelanku dengan tawanya hujan
seperti awan, berada di langit dan pergi ke mana saja angin membawanya
memadukan antara anggur dan secuil minas ,
menghisap cerutu lalu habis , "AKU SIAP MENGHADIRI MASA,MELARASKAN SENJATA"

lalu , ini hari apa?
terasa mendung menusuk birahiku yang kian memuncak,
apa aku telah menjelma menjadi racun?
membunuh tanpa rasa ampun, memukul tanpa belas kasihan?

oh , kemana malaikat yang menjagaku?
dan setan merayuku ?
kemana mereka?
aku tak dapat lagi merasakan keberadaannya,
aku tak dapat lagi merasakan dekapanya,

lalu , hari apa ini , dan keman mereka?
pergi bertamasya atau pergi ke tempat yang lebih tenang?
meninggalkanku dalam amukan,
meninggalkanku dalam perselingkuhan,
meninggalkanku dalam ketenaran,
meninggalkanku dalam kemunafikan,

tawa menjadi beban,
tawa menjadi kegaduhan ,
tawa menjadi perumpamaan ,
dan tawa menjadi keinginan yang tak bersuara !

yah ini kali pertama bunga itu layu ,
meski saja hujan bergembira memberikan setengah dari rasanya,
memberikan setengah dari cairan lembutnya,
memberikan setengah dari rasa teduh yang akan menyelaraskannya,

yah , tapi tetap saja iya seakan enggan untuk mekar
mekar yang mengerti akan mekar
mekar bersajak mekar ,
mekar bernuansa mekar ,

menggebu mekar , meski hujan berbahagia
lembutnya mekar , meski hujan bernostalgia

yah , tapi bunga ini tidak akan mekar
selalu merunyam , menyiram kelam tumpuan
lebah tak lagi merajam
mekar bersajak mekar , dan mekar berhembus terbakar ,

sore akan tampak menyilaukan,
menggores langit berwarna keemasan
pelangi berseri bentuk keindahan
tanah mengguncang dari raksa menuju air kran

pandangi aku , wajah lugu dengan cahaya
mata seribu kalilipat memang hitam yang kau tampak ,
tapi itu bukanlah dirimu
aku akan merangkulmu dengan benang dan potongan kayuku mencapai surga roman picisan tua akan menyabutmu

Alex Wahyu ,15 juli 2013
UK-KES
  

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews